
News Value di Era Digital: Tak Sekedar “Apa yang Penting”, Tapi Juga “Apa yang Diklik”
Apa yang membuat sebuah berita ditampilkan media? News Value! Jika sebuah informasi tidak memiliki nilai berita, media tidak akan memunculkannya pada TV, halaman koran, atau radio. Tapi, apakah nilai berita berubah dalam era digital?
News value adalah seperangkat kriteria yang digunakan oleh jurnalis untuk menentukan apakah peristiwa layak diberitakan atau tidak. Nilai-nilai ini mencakup unsur seperti kedekatan (proximity), dampak (impact), konflik, kelangkaan (novelty), tokoh penting (prominence), hingga ketepatan waktu (timeliness). Misalnya, gempa bumi di Jakarta yang menewaskan puluhan orang memiliki news value tinggi karena peristiwanya dekat secara geografis, berdampak besar, dan terjadi secara tiba-tiba. Contoh lainnya, pernikahan tokoh publik seperti politisi juga memiliki news value karena melibatkan sosok yang dikenal luas, memancing kuriositi, dan emosional publik.
Di ruang redaksi masa kini, keputusan redaksional untuk publikasi tak hanya dipandu oleh insting jurnalistik. Tapi, publikasi saat ini juga mempertimbangkan metrik digital: views, share, Click-Through Rate (CTR) -metrik untuk mengukur seberapa sering pengguna mengklik-, dan viralitas. News value yang dulu berpijak pada “pentingnya peristiwa” kini harus berdampingan dengan “seberapa cepat orang mau meng-klik”.
Apakah transformasi di atas berarti jurnalisme sedang krisis nilai? Tidak juga. Tapi memang, news value telah mengalami transformasi.
Transformasi News Value
Nilai berita seperti proximity, magnitude, conflict, atau novelty tentu masih relevan dengan catatan: harus disesuaikan dengan engagement potential. Misalnya, berita yang mengulas konflik tetap penting. Tapi, konflik yang bisa dikemas jadi thread Twitter jauh lebih bernilai secara digital. Contoh lain, berita dengan nilai human interest akan lebih menarik karena nilai emosionalitas terbukti lebih cepat memicu share. Dalam dunia digital, narasi yang relatable dan bisa dipersonalisasi memiliki nilai lebih dibanding sekadar data objektif. Jadi, pastikan apakah informasi Anda berdampak pada pembaca?
Lalu, apa saja tantangan era digital -khususnya terkait transformasi news value? Pertama, tekanan clickbait. Demi mengejar traffic, judul berita kadang dikompromikan. Tapi hanya mempertimbangkan clickbait bisa jadi bumerang kalau isi tidak sepadan. Publik bisa jadi tidak akan percaya dengan media tersebut jika clickbait tidak berhubungan denga nisi berita.
Kedua, reduksi kedalaman. Waktu baca yang pendek mendorong artikel makin tipis. Hasil investigasi jurnalis berpotensi tidak bisa dipaparkan secara mendalam. Beberapa jurnalis mungkin akan memaparkan liputan investigasi dalam beberapa halaman atau siaran. Implikasinya, netizen berpotensi hanya mendapatkan potongan informasi. Bukan sebuah kronologis yang utuh. Ketiga, kompetisi dengan buzzer. Saat netizen bisa bikin berita versi sendiri, media harus berjuang menjaga kredibilitas sekaligus tetap relevan.
Tips Mendapatkan News Value di Era Digital
Demi terus menyajikan informasi yang mengandung news value, rekan jurnalis dapat menggunakan pendekatan multiplatform. Misalnya, jurnalis memotong narasi panjang menjadi infografik di Instagram, teaser video di TikTok, atau quote di Twitter. Jurnalis juga perlu memahami, tapi tidak mengorientasikan informasi seutuhnya demi mengejar algoritma. Jurnalis memang harus mengoptimalkan SEO, tapi harus tetap tetap memprioritaskan integritas isi.
Jurnalis perlu juga melatih kemampuan storytelling. Liputan yang tajam sekaligus menyentuh emosional akan lebih tahan lama di ingatan publik. Jurnalis dapat juga membangun fokus pada konteks lokal dengan dampak personal. Seperti telah disinggung sebelumnya, informasi yang dekat dengan keseharian publik secara langsung akan menyentuh pribadi pembaca. Lebih baik juga jika jurnalis dapat melibatkan pembaca atau audiens. Jurnalis dapat memberi pertanyaan, polling, atau membuka ruang komentar.
Era digital adalah tantangan dan peluang. Jurnalis harus semakin lihai untuk menemukan news value. Satu lagi, jurnalis harus menjaga keutuhan news value. Sehingga, sebuah informasi media tidak hanya cepat tersaji. Tapi, informasi media tetap sesuai kaidah jurnalistik yang valid, cover both sides, etis, bertanggung jawab, akurat, dan memihak pada kepentingan publik. Belajar membuat publikasi media secara lebih teknis yuk! Atau mau berbagi pengalaman, berdiskusi, atau konsultasi? Hubungi IG @cprocom dan narahubung +62 811-1192-462 untuk informasi lebih lanjut. (RPY)
Leave a comment
Your e-mail address won't be published. Required fields are mark *